Sabtu, 25 Agustus 2018

Pertemuan yang Tak Disangka

Aku bukan tipe orang yang suka menghamburkan uang untuk jalan-jalan.. Dalam keadaan keuangan yang menipis, aku lebih suka berdiam diri di toko buku, atau malah membaca lewat perpustakaan online. Namun, kali ini dipaksa dan tak disangka..
Terima kasih Jogja atas pertemuan singkat kita.

Setelah selesai rangkaian seminar, sidang, sampai pada pengumpulan berkas, aku merasa penat sekali. Aku penat karena kehabisan tenaga, keceriaan maupun uang, haha. Satu yang kupikirkan untuk menyembuhkannya, yakni pulang.

Aku ingin pulang tapi uang aja nggak ada. Malahan, aku masih punya utang pada seseorang. Dalam kondisiku yang seperti itu, aku melihat di grup kalau ada yang menawarkan tiket. Tapi, dia menawarkan tiket dari Jakarta ke Jogyakarta.

Sekali lagi, aku bukan tipe orang yang suka jalan-jalan, apalagi dalam kondisi seperti ini. Aku ingat setelah selesai sidang, aku memilih untuk pergi ke gramedia dengan bermodalkan uang tujuh ribu rupiah untuk transportasi. Di sana pun, aku mengahbiskan waktu maksimal, sampai-sampai hampir diusir karena sudah mau tutup. Lalu pulangnya, aku makan semangkuk bakso berdua.

Sederhana tapi so sweet kan?.

Namun, balik lagi ke suasana setelah revisi, suasana kali ini berbeda. Aku harus pulang. Bahkan, aku harus segera pulang. Semakin lama aku berpikir semakin habis waktuku.

Aku akhirnya memberanikan diri untuk tanya orang tua. Aku bertanya masalah jalur yang berbeda dan juga tunjangan uang, hehe.

Selain itu, aku pun tak berani sendiri menunggu enam jam ataupun dua belas jam untuk menunggu kereta Jogja Kediri. Atau, aku juga tidak cukup berani untuk pergi ke terminal. Akhirnya, aku juga berusaha mencari bidadari yang menemaniku.

Alhasil, aku menemukan bidadari itu. Ibuku juga mengijinkanku. Dan seseorang yang saat itu menemaniku berpusing ria untuk menentukan keputusan, juga memberikanku uang yang sebenarnya adalah milikku.

Aku begitu bergembira, setelah bermalam-malam galau. Akhirnya, aku akan pulang dan malah dapat bonus singgah di Jogja.

Aku sebenarnya grogi bertemu dengan Jogja. Seseorang yang seneng banget sama gudek ini malu-malu menyapa Jogja. Dia sudah lama tidak kesini, padahal dulunya dia ingin sekali disini.

Dulu, anak ini memilih study tour ke kota ini karena ingin memasuki sebuah tempat yang dia idam-idamkan. Eh, tetapi saat hari h, tempat itu tidak bisa dimasuki. Dia lalu patah hati sampai detik ini. Dia, tipe orang yang tidak suka pergi tanpa alasan, belum mempunyai alasan lagi untuk masuk ke tempat itu. Sampai sekarang pun, dia yang tak beralasan, hanya lewat di depannya.

Seperti itu prinsip dia, mirip dengan keadaan seorang laki-laki yang menyukai seorang perempuan dan belum siap memilikinya. Dia akan diam. Dia akan lewat begitu saja tanpa sapaan yang berarti. Kalau menyapa saja ragu, apalagi memasukinya.

Semoga suatu saat laki-laki itu segera siap dan memberikan alasannya. Dan semoga dia juga punya alasan untuk masuk ke tempat itu. Mereka sama-sama punya alasan yang baik. Pastilah suatu saat nanti doa itu dikabulkan.

Ah kok malah ke situ. Apasih yang lagi kuomongin. Setop, balik aja ke cerita perjalanan singgah beberapa jam itu.

Perjalanan Jakarta Jogja begitu melelahkan. Jalurnya lebih panjang dari pada biasanya. Aku sampai bosen dan menuliskan sebuah karangan yang entah jelas atau nggak. Judulnya, Masihkah memegang keyakinanmu erat-erat. Namun, dari itu semua, aku suka dengan pemandangan yang disuguhkan. Keren banget.

Sampai di stasiun, aku kaget dengan bidadari yang menemaniku. Dia membawa kereta kencananya sendiri dan dia memakai baju dengan warna yang sama denganku. Bagiku, itu kejutan yang sangat menyenangkan.

Aku lanjut berkeliling dengan dia, membeli oleh-oleh, berfoto dan segera kembali ke istananya. Aku merasa sudah berada di Kediri. Dia juga menambahkan, "memang suasana Jogja mirip dengan Kediri, dan kalau Solo mirip Blitar".

Singkat rasanya waktu itu, karena kedatangan kereta (jkt-jogja) yang molor dari jadwalnya membuat waktuku berkeliling juga berkurang. Namun, itu semua sudah cukup. Sekali lagi cukup bagiku, seseorang yang bukan tipenya jalan-jalan lama, haha. Bahkan berasa sangat cukup karena cerita sepanjang perjalanan dengan bidadari yang cerdas.

Memang ya, emak-emak sukanya ngobrol. Kami bercerita mulai tentang perkuliahanku, perkuliahannya, teman-teman alumni sampai pada alumni yang di Mesir. Selain itu, tentang Jogja, tentang keadaan anak-anak, tentang semuanya. Sepertinya kurang tentang novel ya, haha.

Setelah selesai berkeliling, tepat saat adzan magrib berkumandang kami sampai di istanannya. Seneng, karena aku dulu juga pernah tinggal di istana seperti itu. Adek-adek "sarungan" mengingatkanku pada adekku.

Disana, aku istirahat sejenak. Aku makan, sholat, dan masih saling bercerita, bernostalgia. Begitulah..  Sampai pada aku harus kembali ke stasiun.

Aku masuk stasiun setengah jam sebelum keberangkatan. Aku menunggu kereta orang terlebih dahulu, sebelum menunggu keretaku.

Aku tak menyangka dapat menunggu seseorang yang kemarin mengajakku janjian di Semarang, tapi gagal. Kami tak janjian lagi, tapi kereta yang mengantarkan kami bertemu. Kereta dia singgah di stasiun tempat aku menunggu keretaku. Dan dia pun menyempatkan turun untuk menemuiku.

Aku benar-benar tak menyangkanya. Ketika kita mengikhlaskan sesuatu, justru terkadang Allah memberikannya. Itulah ujian dan pembuktian. Bukan sekali ini aku merasakan hal seperti itu, pertemuan tiba-tiba, hehe. Jadi hikmahnya lagi, buat yang rindu sama aku, ikhlasin aja ya, siapa tau nanti ditakdirkan bertemu, haha.

Pertemuan itu singkat tapi bermakna sekali. Gimana ya, kalau dipikir-pikir, seseorang yang asalnya Boyolali dengan wilayah kerja Kalimantan akan berpeluang sangat rendah dengan mahasiswi Jakarta yang berasal dari Kediri. Iya kan?

Namun, dengan Kun fa yakun.. Pertemuan itu mudah sekali terjadi. Tinggal mahasiswanya suruh nunggu di Jogja, haha.
Aku hanya harus menunggu di Jogja, untuk pulang ke Kediri. Kemudian, dia yang mau pulang ke Solo (dari Cirebon) akan singgah pula di Jogja. Waktu, jalur, sedemikian rupa, tanpa disangka telah dirancang oleh-Nya.  Keren kan ya..

Pertemuan singkat yang tak terduga di Jogja membuat hatiku bahagia. Mungkin ini sebagi hadiah karena aku telah memperjuangkan pertemuan-pertemuan bersama beliau-beliau tercinta. Perjuangan yang lumayan berat untuk bertemu orang-orang yang keren, perjuangan menantinya pun juga lumayan. Kamu ymtau yang kumaksud adalah perjuangan revisi dan memenuhi tanda tangan para penguji, hehe.

Sampai disini aku juga mau berterima kasih kepada semua pihak, terutama yang menemani sampai akhir perjuangan revisi. Untuk saudaraku dita, mipus, rista, fanny, adek adek kamar satu (aisyah, rizka), Kak Tati, emut, semuanya deh, termasuk ketua kelas, kiki, siti, puput, yang tak bisa aku sebut satu persatu. Dan yang jelas buat mbakku tersayang, yang tiba-tiba dipertemukan di Lempuyangan, hehe. Aku ingat pesan dan amunisimu sebelum aku sidang..

Terharu, tapi ngapain juga mbak kamu ke Jakarta hanya demi diriku, hahaha.

Terima kasihku kuucapkan juga buat bidadari Jogja, Risa, cewek manis asal Blitar.

Makasih udah dibilang cantik, haha.. Ini foto aku mau balik ke stasiun... 

Kalau ini foto statusnya mbak, hehe. Kelihatan sendiri dan nyasar, kasihan, tapi aku santai aja kok. Makasih mbakku. 

Sekian.. Wallahua'lam..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar