Jumat, 24 Agustus 2018

Masihkah Memegang Keyakinanmu Erat-erat

Kalau kamu masih memegang keyakinan itu erat-erat, kamu akan sampai pada tujuanmu. 

Hari ini aku melakukan perjalanan kereta di pagi sampai siang hari. Hal yang jarang aku lakukan, karena jadwal kereta yang sering aku pilih memang kereta malam. Dan sekarang, aku memilih (dipilihkan) kereta yang berbeda.

Pulau jawa yang berkalung besi. Ya, aku menyadarinya. Begitu panjangnya besi yang sudah mengitari pulau ini. Dari jalur atas, bawah, besi itu ada di mana mana. Besi itu panjang, melewati sela-sela pegunungan, berada di atas jurang, lembah, dan seterusnya. Begitu hebatnya besi ini, dan begitu jelas terlihat pada perjalanan kali ini.

Aku sempat berpikir, adakah rasa takut dalam perjalanan ini. Kemudian aku menjawabnya, apakah aku perlu menghiraukan rasa takut itu, toh nantinya jika takdir sesuai dengan keyakinanaku, aku akan sampai pada tujuanku. Mengapa aku tidak mengabaikan rasa takut itu, dan fokus pada tujuanku?


Memang benar, selama ini aku mengabaikan rasa takut itu. Aku lebih fokus pada tujuanku, sampai pada kampung halamanku. Aku menikmati perjalanan yang mungkin tidak bisa dinikmati kalau aku menghiraukan rasa takut, rasa cemas, segala bentuk suuzan.

Aku sudah yakin dengan perjalanan yang aku pilih. Aku memilih perjalanan ini. Aku memilih bersama siapa aku berjalan. Aku mempercayai penuh apa dan siapa yang membawaku pada tujuan.

Kemidian pada akhirnya, takdir sesuai dengan prasangka hambaNya. Semakin aku goyah dengan keyakinanaku, semakin aku tidak ingin melanjutkan perjalanan ini. Namun, ketika aku cuek dengan hal negatif dan terus menerus mengingat tujuan, memegang keyakinan, aku akan sampai.

Lantas, apa boleh berganti metode untuk menggapai tujuan tersebut? (bahasanya ko kayak skripsi, haha).

Dijawab menurut pemilihan metode dalam skripsi, atau dicontohkan dengan menggapai tujuan dalam berkendara? Haha.

Aku hubungkan dengan perjalanan ini saja ya. Misal tujuanku adalah pergi ke kampung halaman yang bisa dilalui dengan kereta, bus ataupun pesawat.

Dari awal aku memilih menggapai tujuan itu dengan kereta api. Lalu, aku berkali-kali menggunakan metode itu. Aku sudah terlanjur yakin dengan kereta karena banyak hal.

Suatu ketika, ada yang mengiming-imingi aku untuk naik yang lain. Mereka hendak menggoyahkan keyakinanku.

Ketika aku menerima saran itu, aku berarti meninggalkan hal-hal yang merupakan kelebihan dari kereta. Aku meninggalkan kenyamanan awalku demi memperoleh kenyamanan yang baru. Tapi apakah kenyamanan yang baru lebih nyaman?

Tidak, menurutku belum tentu, atau bahkan bisa sebaliknya. Kenyamanan tidak bisa diukur dengan sekali dua kali perjalanan. Itu artinya aku tidak bisa langsung membandingkan nilai kenyamanan. Justru aku akan merasa kerinduan, kerinduan atas kenyamanan bersama kereta yang sudah lama tercipta.

Jadi gimana?  Ko muter-muter, haha.
Intinya, menurutku mencari metode lain boleh saja, asal yakin kalau bisa mengobati kerinduan. Rindu itu berat, sebaiknya kamu mencegahnya.

Semangat dan selamat menggapai tujuan..

Wallahua'lam
20 Agustus 2018

 
Ini foto saat perjalanan menuju Jogja

Ini juga. Ini foto bendungan apa gitu, aku udah lupa namanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar