Minggu, 09 Agustus 2020

Meredam kekecewaan

 Pernah nggak kalian itu menganggap seseorang sempurna, atau mungkin sbeenernya nggak terlalu sempurna tetapi kalian mengidolakan? Tentunya pernah kan. Habis itu, pernah nggak kalian tiba-tiba mendapatkan sebuah fakta yang itu membuat kalian kecewa?

Salah satu yang masih kupelajari adalah ini. Ketika awalnya baik-baik saja dan akhirnya kecewa, seketika itu pun hati susah banget diajak husnudzan. Seketika itu susah banget mengembalikan nama baiknya di hati. 

Bukan kah memang manusia mempunyai kekurangan? Lantas kenapa aku nggak bisa biasa saja karena kekurangannya? Emang dasar hati ini susah banget diatur. 

Untungnya, saat itu aku mendengar nasihat dari Gus Baha. Kurang lebih seperti ini intinya. Gus Baha bertanya Negara A dan B bagus mana? Ada yang bilang bagus Negara A karena negara A kasus korupsinya lebih sedikit dari Negara B. Namun, Gus Baha meluruskan. "Bukan itu, masih bagus Negara B karena disana lebih banyak yang sujud pada-Nya. Korupsi itu bukan urusan kita " jelas beliau. 

Dari nasihat itu aku mencoba memperbaiki hati. Aku menasihati diriku sendiri untuk nggak semakin kecewa dengan manusia. Aku belajar untuk biasa saja. Agar kebaikan dari orang yang tadi sempat menjadi objek kekecewaanku tidak tertutup karena peristiwa itu.

Jadi intinya biasa aja ya kalau ada orang yang mungkin punya keputusan, perilaku yang sedikit berbeda dengan prinsipmu. Kemudian dari awal juga biasa aja sama manusia. Manusia tidak ada yang sempurna kecuali Sang Baginda, seseorang yang sempurna ahklaknya. Ya Allah jadi kangen beliau. 

Sudah gaes, begitu saja curhatanku malam ini. Semoga kita semakin bisa mengendalikan hati kita. Semoga nggak suudzan, nggak gampang marah, nggak gampang kecewa.. Intinya yang baik baik saja, jaga hati ya. 


Wallahu a'lam. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar